Studi dari Harvard School of Public Health menunjukkan pria pelaku  kekerasan fisik dan seksual terhadap pasangannya, cenderung merupakan  pelaku bullying semasa sekolah.  Hasil penelitian ini didapatkan dari  survei yang melibatkan 1.491 pria usia 18-35, melalui pusat kesehatan di  tiga komunitas di Boston. Hasil riset ini bisa ditemukan di Archives of  Pediatric Adolescent Medicine. 
Menurut penelitian tersebut,  anak pelaku bullying di sekolah, memiliki kecenderungan empat kali lebih  besar menjadi pelaku kekerasan saat dewasa. Data ini didapatkan setelah  membandingkan hasil survei kepada laki-laki yang mengaku tak pernah  melakukan bullying pada masa anak-anak.  Menurut penelitian yang sama,  laki-laki dewasa korban bullying pada masa anak-anak, juga cenderung  berperilaku kasar kepada istri atau pasangannya. 
Dari 1.491  responden pria, 16 persen di antaranya mengaku melakukan kekerasan  kepada pasangannya beberapa tahun terakhir. Di antara para pria pelaku  kekerasan ini, 38 persen mengaku sering melakukan bullying, sementara 26  persen dari mereka mengaku melakukan bullying namun dengan frekuensi  lebih sedikit. Namun secara keseluruhan, dari hampir 1.500 pria, 16  persennya mengaku melakukan bullying terus menerus dan 25 persennya  mengaku melakukan bullying dengan frekuensi lebih rendah.
Siklus  kekerasan pada perempuan, dengan laki-laki (suami atau pasangan) sebagai  pelakunya, juga dipengaruhi sejumlah faktor lain. Survei yang sama  menunjukkan anak laki-laki yang menyaksikan kekerasan atau pertengkaran  kedua orang tua atau kekerasan di lingkungan, juga cenderung berperilaku  kasar dan menjadi pelaku kekerasan saat dewasa. 
"Penemuan ini  menunjukkan, individu yang tumbuh dengan perilaku kekerasan sejak masa  anak-anak, juga akan membawa perilaku kekerasan ini hingga dewasa. Namun  tetap dibutuhkan penelitian lebih jauh mengenai akar masalah dari  perilaku seperti ini, apakah ada hubungannya dengan kekuasaan, kontrol  terhadap perilaku kekerasan, sehingga perilaku seperti ini bisa  dicegah," jelas Kathryn L Falb, salah satu peneliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar