Tiga dari dua pria selingkuh, begitu kesimpulan sebuah survei yang dilakukan oleh majalah Eksekutif
terhadap 500 pria eksekutif di Jakarta, beberapa waktu lalu. Judul
tersebut menjadi semacam sarkasme, yang ingin menunjukkan bahwa pada
dasarnya hampir semua laki-laki gemar selingkuh. Benarkah demikian?
Yang
pasti, sebuah survei yang dilakukan sosiolog Amerika, Eric Anderson
ini, menunjukkan bahwa meskipun mencintai pasangan dan tidak berniat
meninggalkannya, pria tetap selingkuh karena menginginkan seks lebih
sering. Sedangkan pria yang tidak selingkuh sebenarnya tengah mengatur
dirinya sendiri untuk "pemenjaraan seksual akibat desakan sosial".
Pengajar
dari University of Winchester di Inggris ini mengatakan, monogami telah
mengucilkan pria dari kegiatan yang paling mereka inginkan. Dalam
bukunya, The Monogamy Gap: Men, Love, and the Reality of Cheating,
Anderson menyebut bahwa selingkuh adalah norma, dan orang mulai
menerima relasi yang terbuka secara seksual, yang hidup berdampingan
tanpa hierarki atau hegemoni.
Untuk mendapatkan kesimpulannya
ini, Anderson mensurvei 120 pria prasarjana, baik yang normal maupun
gay. Ia mendapati bahwa 78 persen pria yang memiliki pasangan ternyata
selingkuh, "Meskipun mereka mengatakan mencintai (pasangannya) dan
berniat tetap bersama pasangannya," kata Anderson. Kalau begitu, mengapa
harus selingkuh? Jawabannya simpel: karena pria menyukai seks.
Secara
emosional, pria sebenarnya ingin tetap bersama satu pasangan.
Sayangnya, tubuh mereka rupanya mendambakan seks bersama orang lain.
Berkaitan dengan keinginan membentuk keluarga, misalnya, sisi emosional
lah yang berperan. "Hasrat fisik kita tidak mati; hanya berubah dari
pasangan kita ke orang lain. Ketika hasrat seks itu padam, hubungan baru
mulai," lanjutnya.
Pria lebih memilih untuk selingkuh dan
menyesalinya, karena tak mungkin bagi mereka untuk mengakui hal tersebut
pada pasangannya. Bila dilakukan, relasi yang dibangun bersama pasangan
pasti buyar. Ketika pria selingkuh dan melakukan seks rekreasi, mereka
tak mengaitkan perasaan karena mereka masih mencintai pasangan. Jika
tidak, mereka pasti sudah mengakhiri hubungan tersebut. Buat kaum pria,
seks di luar relasi dengan pasangan sah-sah saja. Lucunya, mereka tidak
ingin pasangannya melakukan hal yang sama.
Hal ini memang tidak fair,
namun monogami hanya akan mendorong pria untuk mengejar seks dengan
orang lain dalam kesempatan lain. Menyedihkan, tetapi demikianlah hasil
penelitian Eric Anderson. Media Research Centre Network sendiri
meragukan ukuran sampel dan kelompok yang menjadi sasaran survei, karena
pria-pria yang belum lulus kuliah umumnya masih mengeksplorasi diri
mereka, dan mendorong batas-batas yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar