Anda tentu tahu siapa orang yang punya kecenderungan control freak  ini. Mereka yang selalu berusaha mengatur orang lain, atau harus  melakukan sesuatu menurut standar Anda. Anda sendiri sering tak sadar  telah bersikap sebagai orang yang penuh kontrol. Misalnya, Anda tak mau  pernah mau makan di warung yang sepi, karena yakin pasti lantaran  masakannya yang kurang enak. Atau, pakaian yang baru disetrika dan  digantung di hanger Anda letakkan di deretan paling kanan pada lemari.
Seringkali  sikap mengontrol itu memberi pengaruh yang baik. Dengan menata pakaian  seperti itu, Anda jadi mudah mengetahui mana pakaian yang belum dapat  giliran dipakai ke kantor. Namun bagi orang lain, cara ini bisa saja  merugikan, atau merepotkan. Anda menetapkan standar yang sulit diikuti  orang lain, dan berakibat penolakan dari mereka. Pada akhirnya, Anda  jadi tidak tenang karena pertentangan tersebut.
Agar Anda menjadi  bahagia, Anda perlu belajar untuk mengurangi sikap penuh kontrol dari  Anda sendiri. Daniel A. Miller, penulis buku Losing Control, Finding Serenity: How the Need to Control Hurts Us and How to Let It Go, berbagi tips mengenai cara mengatasinya.
1. Atasi rasa takut Anda.  Sebenarnya, rasa takut adalah pendorong utama untuk mengendalikan  tindakan berbahaya. Namun, ketakutan ini harus segera diatasi. Misalnya  begini, si kecil tidak diundang ke ulang tahun seorang temannya. Anda  tidak perlu menganggap si kecil dikucilkan, dan mendesaknya agar lebih  aktif berteman. Terlalu mengatur hidup si kecil bisa menghalangi  pembelajaran dan kebebasannya, lho. Untuk mengatasi hal ini, pisahkan  rasa takut dari kenyataan yang sebenarnya. Tanya diri Anda, apa sih  pengaruhnya kalau si kecil tidak diundang? Apa hikmah yang bisa  diambilnya dari kejadian itu?
2. Batasi harapan Anda.  Berharap terlalu banyak tentang sesuatu bisa membuat Anda kecewa jika  Anda tak berhasil mendapatkannya. Akibatnya, Anda jadi berpegang untuk  mengendalikan segala sesuatu. Kalau Anda menekan anak buah untuk  memenuhi standar Anda, misalnya, Anda akan kesal dan kecewa bila ia tak  dapat memenuhinya. Lalu, hal itu bisa memengaruhi seluruh performa  kerjanya. Untuk menentukan harapan yang realistis, tanyakan pada diri  Anda, apakah kebutuhan Anda secara keseluruhan memang sepenting itu? 
3. Terima pasangan atau anak seperti ada apanya mereka.  Dalam relasi kita dengan keluarga atau teman-teman dekat, keinginan  untuk mengatur bisa memicu kemarahan dan kekecewaan. Tidak ada orang  yang suka disuruh-suruh melakukan sesuatu, atau bagaimana melakukannya.  Jika pasangan memiliki kebiasaan tertentu yang mengganggu Anda, cobalah  untuk menerima dia apa adanya ketimbang berusaha mengubahnya menjadi  seperti harapan Anda. Sikap menerima akan memungkinkan Anda untuk  berfokus pada apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas  hubungan.
Dengan berlatih mengatasi kemauan untuk selalu  mengontrol, Anda akan menyadari bahwa melepaskan kontrol akan memberikan  berkah bagi Anda maupun orang-orang di sekitar Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar