Tak hanya batik yang setiap motifnya punya makna berbeda. Tenun dari
Sumatera Barat atau songket dengan kekayaan motifnya ternyata juga
memiliki arti dan nilai kebersamaan tersendiri. "Keterampilan menenun
bagi masyarakat Indonesia merupakan sebuah warisan yang perlu
dipertahankan dan disosialisasikan, karena ini merupakan kekuatan
budaya, kreativitas, dan seni dalam kehidupan bermasyarakat," ungkap
perancang Samuel Wattimena, saat pagelaran busana "Pagelaran Tenun
Unggan Sumatera Barat Kabupaten Sijunjung" di KOI Cafe & Gallery,
Kemang, Jakarta, Kamis (8/12/2011) lalu.
Dalam perkembangannya
terjadi proses akulturasi budaya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau,
terutama sejak masuknya pengaruh Islam ke kota tersebut. Hal ini
berpengaruh pada motif-motif tenun yang mengadaptasi motif-motif alam
dan ragam hias dari Timur Tengah seperti Arab, Mesir, dan Siria. Sejak
dahulu, unsur adat ini identik dengan alam karena alam dianggap sebagai
sumber pokok dan penting bagi umat manusia yang telah memengaruhi
perajin mengolah motif pada kain tenun songket ini.
Kenyataan ini
ternyata membentuk suatu filosofi dalam berbagai motif kain tenun
Sumatera Barat. Contohnya adalah sebagai berikut:
1. Pucuk rabuang.
Motif ini memiliki makna bahwa hidup seseorang harus berguna sepanjang
waktu. Motif ini bercerita bahwa hidup harus mencontoh falsafah bambu,
dimana bambu selalu berguna sejak muda (rebung) untuk dimakan, dan saat
tua (bambu) sebagai lantai rumah atau bahan bangunan. Motif rebung ini
juga mengibaratkan bahwa tanaman ini berguna sepanjang hidupnya dan
semua bagiannya memiliki banyak kegunaan.
2. Itiak pulang patang.
Motif ini memiliki makna bahwa hidup dalam masyarakat haruslah seiya
sekata, seiring sejalan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Motif ini
ingin mengajak masyarakat untuk bisa hidup bersama dan menggambarkan
kerukunan masyarakat Minangkabau yang hidup dalam tatanan
kegotongroyongan yang solid.
3. Kaluak paku.
Motif ini memiliki makna bahwa kita sebagai manusia haruslah mawas diri
sejak kecil, dan perlu belajar sejak dini mulai dari keluarga.
Pendidikan dalam keluarga menjadi bekal utama untuk menjalankan
kehidupan di masyarakat. Setelah dewasa kita harus bergaul ke tengah
masyarakat, sehingga bekal hidup dari keluarga bisa menjadikan diri
lebih kuat dan tidak mudah terpengaruh hal negatif. Uniknya, motif ini
juga memiliki makna lainnya, yaitu seorang pemimpin harus mampu menjadi
teladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya.
4. Sajamba makan. Motif ini digunakan sebagai lambang kebersamaan dalam menikmati keberhasilan.
5. Tirai.
seperti yang diketahui tirai merupakan hiasan dari kain yang diletakkan
pada dinding, pintu, dan lainnya, yang berfungsi untuk menambah
keindahan dan suasana yang semarak. Motif ini menggambarkan keindahan,
lambang kemewahan dalam upacara adat Minangkabau.
6. Saluak laka.
Motif ini memiliki memiliki arti lambang kekerabatan. Hal ini akan
memberi makna dalam kehidupan masyarakat, bahwa kekuatan akan terjalin
dari kesatuan yang saling terikat sehingga akan terwujud kekuatan
bersama dalam menghadapi bermacam masalah.
7. Unggan seribu bukit.
Ini merupakan motif terbaru yang diprakarsai oleh Samuel Wattimena yang
bekerjasama dengan perajin tenun di Unggan, dan Dekranasda Sumatera
Barat. Kerajinan tenun unggan ini merupakan perpaduan teknik bertenun
dari pandai sikek dengan silungkang. Motif ini memiliki arti kekompakan
dalam kerjasama, kegigihan dalam berusaha, dan sifat ingin maju
seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar