Studi di India dan Afrika menunjukkan bahwa pernikahan dini sering
dikaitkan dengan meningkatnya risiko transmisi HIV, kehamilan yang tidak
diinginkan, dan kematian bayi baru lahir. Anehnya, pengaruh pernikahan
dini pada kesehatan mental tidak pernah dipelajari. Padahal, di Amerika
hampir satu dari 10 perempun menikah di bawah usia 18 tahun.
Inilah
yang menyebabkan Centre for Addiction and Mental Health di Toronto
mengadakan penelitian untuk memahami bagaimana pernikahan dini
memengaruhi kesehatan mental pada kaum perempuan. Dari penelitian yang
dilakukan terhadap hampir 18.645 perempuan menikah atau yang sudah
pernah menikah, terlihat bahwa mereka yang menikah dini cenderung
menghadapi risiko penyakit mental yang lebih tinggi daripada perempuan
menikah lainnya.
Yang diperhitungkan sebagai masalah kesehatan
mental di sini antara lain kelainan depresif, kelainan kepribadian
antisosial, dan ketergantungan pada nikotin (studi ini
mengklasifikasikan ketergantungan tembakau sebagai masalah mental).
Sebanyak 53 persen dari pengantin di bawah usia 18 tahun ternyata
mengidap sedikitnya satu kelainan. Hanya 49 persen dari mereka yang
menikah pada usia yang lebih tua yang dipengaruhi oleh satu dari
beberapa kondisi tersebut. Selisihnya memang tipis, namun para peneliti
menganggap perbedaan tersebut cukup signifikan secara statistik.
Tidak
jelas mengapa perempuan yang diteliti memilih menikah sebelum memasuki
masa dewasa, namun tampaknya faktor kehamilan memegang peranan penting.
Hampir separuh dari perempuan yang menikah dini ternyata hamil di usia
remaja, dibandingkan dengan hanya 3 persen dari mereka yang menikah pada
usia dewasa. Apakah menikah menikah muda itu yang menjadi alasan
mengapa perempuan lebih cenderung memiliki kelainan, ataukah karena
mereka harus mengurus anak di usia muda?
Penelitian yang dimuat di jurnal Pediatrics
ini memang tidak dapat memastikan apakah pernikahan dini itulah yang
berada di balik angka problem mental yang tinggi, karena ada
faktor-faktor lain yang bisa memengaruhinya.
"Yang kami miliki
saat ini hanya bukti tak langsung bahwa pernikahan dini mungkin
memberikan pengaruh negatif pada kesehatan mental," jelas Dr Yann Le
Strat, psikiater di Louis-Mourier Hospital of Paris di Colombes,
Perancis, yang juga peneliti di Centre for Addiction and Mental Health,
Toronto.
Satu hal yang jelas, menurut Linda J. Waite, profesor
sosiologi di University of Chicago yang mengamati masalah perkawinan,
baik pria maupun wanita yang menikah muda cenderung akan bercerai.
Apakah perceraian tersebut yang kemudian menyebabkan masalah kesehatan
mental? Angka perceraian lebih tinggi akan menurun ketika mereka berada
di usia pertengahan 20-an, demikian menurut Waite.
Pernikahan
dini cenderung lebih rapuh, antara lain disebabkan kadar testosteron
pada pria muda yang terlalu tinggi. "Mereka juga terkait dengan berbagai
bentuk perilaku yang membuat mereka menjadi suami yang buruk, seperti
tidak setia, sering menganiaya, dan sulit berbaur dengan orang lain.
Argumentasi lainnya adalah karena anak muda masih berusaha memahami
banyak hal, berusaha mapan, dan mencari identitas diri mereka. Jika Anda
menikah muda, Anda tidak tahu siapa yang Anda nikahi dan orang tersebut
mungkin akan berubah," papar Waite.
Meskipun masih membutuhkan
pembuktian lebih lanjut, temuan ini sudah cukup membuat para peneliti
untuk mendukung dihentikannya pernikahan dini di Amerika. Mengingat
banyaknya perempuan yang dipaksa atau terpakssa menikah muda, Waite
prihatin bahwa hal ini akan menjadi masalah baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar